Jumat, 24 Oktober 2014

SAPI SONOK


SAPI SONOK

Sapi Sonok dan Sapi Taccek merupakan salah satu seni budaya khas dari Pulau Madura disamping seni budaya lain yang ada. Seni budaya sapi Taccek dan sapi Sonok ini berpusat di daerah utara Kabupaten Pamekasan, yaitu Kecamatan Waru, Kecamatan Pasean dan Kecamatan Batumarmar.
Seni budaya ini merupakan kebanggaan Pulau Madura khususnya Kabupaten Pamekasan dan telah menjadi icon Provinsi Jawa Timur pada umumnya yang harus tetap dilestarikan. Selain sebagai sumber budaya, sapi Taccek dan sapi Sonok juga merupakan kesenangan, tabungan dan simbol status bagi masyarakatnya. Para Peternaknya sangat menyayangi ternak sapinya sehingga merawat ternaknya sebaik mungkin, karena bagi mereka memiliki ternak yang bagus dan sehat merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Sapi Sonok merupakan sepasang sapi Madura betina yang dihias sedemikian rupa sehingga tampil menawan dan dirangkai dengan sebuah “Pangonong” (sebuah kayu penghubung antara kedua sapi) untuk diperagakan. Sapi Sonok ini telah terampil mengikuti instruksi joki atau pengemudi dengan langkah jalan “Neter Kalenang” (secara perlahan) memasuki sebuah gapura sebagai batas akhir lomba dan berdiri tegak dengan kaki depan berada diatas balok kayu. Seni budaya ini telah ada sejak tahun 1951 tepatnya di Desa Dempo Barat, yang pada saat itu merupakan wilayah Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dan saat ini telah mendapatkan Hak Paten dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada Tahun 2009. Tidak semua sapi Madura bisa dijadikan sapi Sonok. Untuk bisa menjadi sapi Sonok, sapi Madura tersebut harus dilatih sejak dari lepas sapih (pedet) yaitu umur lima bulan hingga dewasa. Pelatihannya meliputi cara melangkah dengan pelan, teratur dan anggun serta kaki depan bisa berdiri dengan tenang diatas sebuah balok kayu. Untuk kontes di tingkat kabupaten, Sapi Sonok dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu: kelas pedet (umur 5 bulan sampai 18 bulan), kelas dara (umur 19 bulan sampai 3 tahun) dan kelas induk ( mulai umur tiga tahun keatas). Sedangkan untuk kontes sapi Sonok semadura yang diambil hanya kriteria kelas induknya saja.
 Biaya masuk pada kontes ini gratis.

Sapi Taccek atau sapi Pajangan adalah sapi Madura yang dipajang dan berdiri tenang dengan kaki depan berada diatas balok kayu. Untuk sapi Taccek, kriteria kontesnya sama dengan sapi Sonok, yaitu: kelas pedet, kelas dara dan kelas induk dengan batasan umur sama dengan sapi Sonok. Sapi Taccek ini dilatih mulai dari pedet lepas sapih dengan cara di pajang dihalaman dengan diikat pada Taccek. Taccek adalah beberapa kayu yang dipotong dengan panjang ± 2 meter yang ditancapkan dengan jarak ± 1 meter yang tengahnya diberi batu bata atau kayu untuk tempat sepasang kaki depan. Dipajang pagi hari mulai pukul 7:00 – 10:00 WIB dan sore hari mulai pukul 14:00 hingga 16:00 WIB. Latihan akan terus dilakukan hingga sapi tersebut bisa berdiri dengan tenang dengan kaki depan berada diatas balok kayu. Taccek ini memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Tempat memandikan sapi sekaligus mengeringkkannya
2. Tempat menjemur sapi di pagi hari
3. Tempat membersihkan atau memotong kuku, bulu dan tanduk
4. Tempat mengawinkan baik secara alami maupun secara inseminasi buatan
5. Tempat pelayanan kesehatan sapi seperti mengobati/ menyuntik
Karena banyak manfaat yang bisa diambil dari taccek ini, maka para peternak sapi menyediakan taccek (pajangan) di halaman rumahnya.
Untuk menjadi sapi Sonok dan sapi Taccek harus memenuhi kriteria khusus meliputi penampilan tubuh/ performa yang bagus, bulu yang bagus, halus, warna dominan merah bata dan kuning seperti warna padi. Semua sapi Sonok merupakan Sapi Taccek. Tapi tidak semua Sapi Taccek merupakan sapi Sonok. Pemilihannya juga dilakukan berdasar seleksi genetis atau berasal dari hasil perkawinan antara indukan sapi Sonok dan pejantan Pemacek unggulan. Bisa melalui Kawin Alam dan Inseminasi Buatan. Dengan asumsi jika induknya sapi Sonok dikawinkan dengan Pejantan Pemacek unggulan, maka akan menghasilkan anakan yang tidak jauh berbeda performanya dari induknya.
Seni budaya sapi Sonok dan sapi Taccek ini mendapat pembinaan dari Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan melalui petugas teknis dan medis/paramedis yang bertugas di wilayah tersebut, dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat baik secara personal maupun kelompok. Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Hewan
Pelayanan kesehatan hewan meliputi pengobatan hewan dan vaksinasi.
2. Teknologi Inseminasi Buatan
Dalam pemilihan pejantan Pemacek, Balai Inseminasi Buatan Singosari melalui Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan melibatkan masyarakat setempat untuk melakukan seleksi pejantan Pemacek unggulan, Sehingga masyarakat tahu asal usul sapi pemacek yang akan digunakan untuk IB. Karena pada awalnya peternak tidak mau menggunakan program IB karena tidak tahu asal-usul sapi pemacek sehingga tetap menggunakan Kawin Alam yang jelas asal usulnya. Setelah ada keterlibatan masyarakat dalam seleksi pejantan Pemacek, maka saat ini akseptor IB untuk sapi Sonok meningkat menjadi 80% dari total sapi Sonok yang ada.
3. Pertemuan Rutin
Dinas Peternakan mengadakan pendampingan melalui pertemuan rutin yang diadakan oleh Paguyuban sapi Sonok dan sapi Taccek setiap 3 bulan sekali dan satu tahun sekali untuk menjembatani keinginan peternak serta membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Seiring dengan berjalannya waktu, Paguyuban ini bisa dikatakan berkembang sangat pesat. Pada tahun 1990-an jumlah Paguyuban sapi Taccek berjumlah 15 kelompok yang tersebar di Kecamatan Pasean sebanyak 11 kelompok, Kecamatan Waru 3 kelompok, kecamatan Batumarmar 1 kelompok. Saat ini jumlah kelompok Sapi Taccek berkembang menjadi 49 kelompok, meliputi Kecamatan Waru 15 kelompok, Kecamatan Pasean 22 kelompok, dan Kecamatan Batumarmar 12 kelompok. Pada paguyuban sapi Sonok, pada tahun 1990-an beranggotakan 2 kelompok dengan jumlah sapi Sonok 18 pasang, saat ini telah berkembang menjadi 8 kelompok dengan jumlah sapi Sonok 388 pasang. Pembinaan ini bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan sapi Madura sebagai Plasma Nutfah. Dengan adanya pembinaan ini serta respon yang baik dari masyarakat diharapkan seni budaya ini tetap ada di masa-masa mendatang .

Kamis, 23 Oktober 2014

BATIK MADURA


Batik Madura Sebagai bentuk karya seni budaya, batik Madura cukup banyak diminati konsumen local dan interlokal karena bentuk dan motifnya yang khas. Motoif-motif yang dituangkan dalam lukisan batik merefleksikan karakter masyarakatnya. Yang paling terkenal adalah batik buatan Tanjung Bumi, di kabupaten Bangkalan. Tanjung Bumi menjadi sangat identik dengan batik Madura. Disana, boleh dibilang sebagai sentranya batik Madura yang sudah berkembang sejak ratusan tahun silam. Ciri batiknya sangat khas pesisiran yang memakai warna-warna berani dan bercorak bebas. Kebiasaan membatik di Tanjung Bumi terbilang unik. Masyarakat disana masih menjadikan membatik sebagai sebuah pekerjaan yang serius dan tidak bisa dikerjakan serampangan. Sehingga, untuk membuat sehelai kain batik saja, paling cepat dikerjakan dua minggu.

Mereka tidak pemah mau memaksakan jika kondisi fisik lelah karena akan berpengaruh terhadap hasil goresannya. Proses inilah yang temyata memikat hati konsumen, termasuk turis asing. Tidak hanya itu, proses dari bahan baku hingga jadi kain batik yang siap dijual, terbilang rumit sehingga tidak semua orang disana bisa mengerjakan. Dari segi bahan, batik Madura tidak jauh berbeda dengan batik kebanyakan yakni ada yang dari katun dan ada juga yang berbahan sutra.
Salah satu batik khas dengan motif lama adalah Gentongan. Batik Gentong mempunyai nilai lebih dalam tradisi Batik Madura. Di sebut genthongan, karena pada proses pewarnaannya direndam dalam wadah gentong selama dua bulan. Kabarnya setelah direndam, lembaran batik tersebut kemudian disikat. Selain untuk membersihkan malam yang tersisa, juga agar warna lebih awet melekat pada kain. Tak heran bila batik ini bisa berumur hingga puluhan tahun lebih dengan warna tetap. Kebanyakan batik gentongan ini harganya mahal.
Kini motif batik Madura juga mulai mengadopsi beberapa motif kombinasi atau

Keelokan batik klasik yang halus dengan warna-warna lembut dan berani..





BAL BUDIH

BAL BUDIH


   Permainan tradisional “Balbudih” adalah suatu permainan yang dimainkan oleh masyarakat Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Sampai saat ini belum ada kajian tentang permainan tersebut. Permainan Balbudih ini termasuk kategori permainan olahraga, karena permainan ini mempunyai dua unsure: 1) terdapat aktivitas gerak atau fisik, 2) adanya aspek kompetitif, artinya pertandingan ini dikompetisikan untuk mendapatkan juara dan kemenangan dari permainan tesebut.

Dengan demikian masyarakat juluk mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya dalam melakukan permainan olahraga untuk mengisi waktu luang mereka. Termasuk mengembangkan permainan Balbudih, agar mereka mampunyai pemahaman dan gambaran rencana kehidupan meraka yang akan dating.

Kata Babudih adalah berasal dari bahasa Madura yang mempunyai dua kata, Bal artinya Bola, dan Budih artinya belakang, jadi Balbudih adalah perbaminan bola belakang. Permainan ini awalnya dimainkan oleh orang-orang yang sudah berumur 20 tahun ke atas, biasanya dimainkan oleh bapak-bapak yang baru datang dari sawah atau ladang mereka bertani, dimainkan pada sore hari.




Karena olahraga ini langka maka Biaya tiket pada olahraga ini tidak berbayar alia gratis
 

Peraturan Pertandingan dan Permainan

1. Lapangan dan Peralatan

Permainan ini membutuhkan lapangan tidak terlalu luas, lapangan permainan ini bisa dimodifikasi sesuai keadaan, dan ketika lapangan diperkecil maka jumlah pemainpun juga dikurangi, agar permainan lebih efektif. Yang lebih menarik dari permainan ini adalah tempat memukul bola, yaitu menggunakan papan yang berukuran tidak terlalalu lebar, dengan ukuran 20 x 8 cm yang diletakkan setinggi 10 cm diatas permukaan tanah atau lapangan. Lapangan berukuran dengan lebar 5 meter dan panjang 9 meter, jarak antara lapangan dengan tempat memukul adalah 10 meter.
   

2. Peraturan Permainan

Permainan tradisional balbudih adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua tim yang saling bertanding. Tujuan dari permainan ini adalah memasukkan bola pada lapangan yang dijaga oleh pemain lawan. Setiap tim terdiri dari tujuh orang dan satu sebagai kapten tim, dalam satu set permainan terdiri dari 3 tahapan, dari tiga tahapan tersebut mempunyai aturan tersendiri, tahap pertama dinamakan balbud, tahap kedua dinamakan tepak, dan tahap ketiga dinamakan tendang.